Beberapa minggu ini gue lagi PL (Praktik Lapang) atau magang di salah satu perusahaan distributor kentang di Cipanas. PL adalah program studi wajib di kampus gw tercinta, IPB. berbeda dengan fakultas dan departemen lain, departemen (jurusan) gue menetapkan prinsip mandiri untuk para mahasiswanya. kami disuruh untuk mencari perusahaannya sendiri. mencari perusahaan untuk tempat PL itu sebelas duabelas sama nyari jodoh, hampir mirip. mencari kesana kemari, ditolak trus nyari lagi ditolak lagi terus nyari lagi sampai keterima.
Dalam pencarian tempat PL ini alhamdulillahnya gue cuma ditolak dua kali, temen-temen gue ada yang ditolak lebih dari 3 kali. saat-saat itu benar-benar perjuangan *elap keringet.
awalnya gue berencana untuk PL sendirian, ya berusaha untuk lebih mandiri (padahal emang karena ga ada ja yang mau PL disana bareng gue hhe) tapi ga jadi, tiba-tiba temen gue bernama Nydia ingin ikut bersama gue PL disana.
gue dan dia juga ga nyangka bakalan PL bareng di perusahaan tersebut. ya lagi-lagi seperti jodoh, kita ga tau siapa yang jadi jodoh kita nanti *eaaaa..
Oke singkat cerita, gw PL disana selama 1 bulan atau setara dengan 200 jam. Awalnya gue ngira gue bakalan ga betah disana coz emang perusahaannya jauh dari mana-mana, jauh dari peradaban kota dan hiruk pikuk dunia *lebay banget ini sumpah haha* tapi emang bener, waktu itu aja gue dan Nydia lagi pengen makan ayam McD, alhasil kita harus menempuh 2 Jam perjalanan *fiuh sungguh perjuangan* gila, ga pernah gue sampe segininya ke McD dengan menempuh 2 jam perjalanan tapi gue ambil hikmahnya klo mau sesuatu ya harus diperjuangkan *angkat ayam goreng setinggi-tingginya.
sebelum akhirnya dibantu oleh ibu-ibu dan bapak-bapak yang baik-baik disana kami makan dengan menggunakan nasi dingin, teri goreng, dan makanan-makanan siap saji lainnya. alhamdulillah kita ga sampe makan rumput n ngorek-ngorek sampah..hhee
Entah kasihan atau mungkin ya memang kasihan, kami diasuh oleh seorang ibu yang baik hati. ibu itu bernama Putihat atau biasa di panggil ibu Ade dan nama suaminya Hadir. Bapak ini walaupun ga masuk kerja tapi dia selalu hadir hehe..
Entah kasihan atau mungkin ya memang kasihan, kami diasuh oleh seorang ibu yang baik hati. ibu itu bernama Putihat atau biasa di panggil ibu Ade dan nama suaminya Hadir. Bapak ini walaupun ga masuk kerja tapi dia selalu hadir hehe..
Dirumah ibu Ade kami berjaya, makanan enak bak putri-putri kerajaan (bc: tempe dan tahu goreng).
bener kata orang, orang-orang desa baik-baik banget banget banget. kami diperlakukan seperti anak sendiri. selain itu juga mereka ramah dan santun sekali. Ga pernah gue ngerasain keramahan seramah ini di kota. inilah yang orang-orang sebut keramahan Indonesia yang sejak dulu dibangga-banggakan oleh orang-orang terdahulu. Andai saja orang-orang kota juga seperti ini, maka ga akan ada kata individualisme dan ga akan ada orang-orang yang ga kenal sama tetangga sebelahnya.
Ritual masyarakat desa disana adalah ngobrol-ngobrol bareng-bareng atau bahas sundanya ngariung. Waktu itu abis shalat tarawih ibu Ade dan teman-temannya ngariung di depan teras rumah bu Ade dan tentu saja gue diajak. Suasananya akrab banget dan semua orang menikmati kebersamaan, padahal makanan yang menemani mereka hanya sambel rujak, ubi yang dipotong-potong dan mentimun mereka menyebutnya 'petis'. situasi seperti ini yang jarang gue dapetin dilingkungan rumah gue.
orang-orang di desa juga terbuka, mereka ga segan-segan menceritakan kisah hidupnya pada orang yang baru mereka kenal. Waktu itu bu Ade bercerita kalau dia pernah terpaksa ke Jordan untuk menjadi TKW selama 3 tahun. alhamdulillahnya ia mendapatkan majikan yang baik tapi walaupun begitu tak ada niatan sekalipun untuk ia kembali lagi kesana.
Katanya lebih baik hujan batu di Negeri sendiri dari pada hujan emas di Negeri orang lain.
kata-kata bu Ade saat itu sungguh membuat gue terharu, gue jadi teringat akan banyaknya orang-orang kota termasuk gue yang berlomba-lomba untuk keluar negeri dan mungkin hanya untuk sekedar kata gengsi.
Disana juga gue melihat kepatuhan seorang anak terhadap ibunya, nama bapak itu adalah sugandi atau biasa disebut Mang Ugan. Mang Ugan adalah sarjana ekonomi dari salah satu universitas negeri ternama di Bandung. dia rela menjadi buruh demi untuk merawat ibunya yang sakit.
Banyak sekali pelajaran yang gue dapetin disini, dan ga akan pernah lupain. Dan ada satu hal yang jadi motivasi gue dari sini adalah gue harus jadi orang kaya supaya bisa ngebantu orang-orang kecil seperti mereka..
amin semoga ya.. :)
0 comments:
Post a Comment